Bagaimana Hidup yang Ideal?

Memasuki usia yang sudah gak muda lagi, pertanyaan di judul terasa kurang relevan. Masak iya sudah kepala 3, tapi masih belum tau tujuan hidup? Banyak orang berkata bahwa pencarian jati diri dijalani ketika masih remaja. Atau, paling nggak dewasa awal, sebelum usia 25 lah. 

Namun, apa daya? Pertanyaan semacam ini masih sering berputar di dalam batok kepala. Nah, daripada hanya berputar-putar saja di dalam kepala, sepertinya ada baiknya dituangkan dalam sebuah tulisan. 

Sekilas Cerita

Kita sering kali diberitahu melalui kutipan-kutipan bijak yang kurang lebih mengatakan “Taruhlah mimpi setinggi langit, kalau jatuh, paling nggak masih tinggi juga-lah”. 

Sejak kecil, saya memiliki cita-cita yang cukup jelas dan tinggi. Contohnya, masuk SMP, SMA dan Universitas tujuan hingga profesi yang diimpikan. Namun, hingga hari ini, nyaris semuanya meleset. 

Walaupun cita-cita sebagai “ilmuwan” sebenarnya masih bisa dicapai, tapi kok rasanya jauh sekali dari kondisi hari ini. 

Saya masih ingat betul ketika di akhir SMA membaca buku “The Secret” karangan Rhonda Byrne. Intinya, buku itu menyampaikan gagasan tentang “Law of Attraction”. Sering-seringlah memikirkan hal-hal yang kamu impikan, nanti semesta akan membantu untuk mewujudkannya. 

Setelah membaca buku tersebut, saya berupaya keras untuk membayangkan hal-hal yang diimpikan. Saking pengennya menjadi mahasiswa UI, saya bahkan sampai menggantung jaket kuning Universitas Indonesia di dalam kamar. 

Tapi, toh nyatanya gak terjadi juga. Ketika pengumuman SNMPTN, saya masuk ke Universitas pilihan kedua. Bless in disguise. Kenyataan yang pada akhirnya sangat saya syukuri meskipun penuh kekecewaan di awal.

Singkat cerita, banyak hal yang saya canangkan dan rencanakan untuk hidup ini ternyata meleset. Pengalaman hidup dan semua pelajaran yang saya alami seakan bertolak belakang dengan pendapat banyak orang dan kutipan-kutipan bijak tersebut. 

Hantu Masa Depan dan Masa Lalu

Cerita tentang kegagalan dalam mewujudkan rencana datang terus menerus dalam hidup ini. Alhasil, sampailah pada titik yang sangat menguras hati karena harus terus menerus tenggelam dalam kekecewaan. 

Rencana demi rencana berguguran karena gagal terwujud. Ekspektasi yang dibentuk dari mimpi-mimpi itu nyaris semuanya gagal. 

Masa depan yang diharapkan tak kunjung datang. Masa lalu atas kegagalan terus mengganggu. Dua masa yang membelenggu pikiran dan menguras energi. 

Di titik inilah saya tersadar bahwa memikirkan masa depan terlalu dalam mengundang datangnya kecemasan. Di sisi lain, memikirkan masa lalu terlalu dalam memanggil kehadiran penyesalan. 

Dua perasaan yang saat ini seringkali menjadi topik pembicaraan banyak orang. Dua perasaan yang kerap menjadi pemicu rusaknya kesehatan mental. 

Dewasa ini, manusia seolah-olah dipaksa untuk fokus pada dua masa ini. 

Punya masalah dalam perilaku? Fokuslah menggali lubang-lubang masa lalu yang belum selesai. Ingin mencapai kesuksesan? Fokuslah membuat rencana untuk menggapai masa depan yang cemerlang. 

Hidup Untuk Hari Ini

Kita terlena dalam buaian untuk fokus pada dua masa tersebut. Kita tercerabut dari masa ini. Kita melupakan betapa pentingnya untuk fokus pada hari ini. Momen yang benar-benar nyata yang dapat dirasakan.

Yes, I’ve been through a lot of pain and failed many times. Satu hal yang saya sadari: masa depan dan masa lalu gak benar-benar nyata.  

Sama seperti hantu-hantu lainnya, ia hanya nyata di dalam batok kepala. Ia hanyalah imajinasi yang dibentuk oleh pikiran kita sendiri. 

Satu tips yang sangat ampuh untuk diri sendiri adalah jangan berikan perhatian lebih pada dua hantu ini. Semakin dipikirkan, hantu itu seolah-olah menjadi semakin nyata. 

Nah, semakin nyata hantu itu, semakin kuat pula pengaruhnya dalam mengganggu kesehatan mental kita. Untuk apa kita fokus pada dua imajinasi nggak nyata yang berpotensi mengganggu? 

Bagi saya, satu-satunya yang nyata dan riil adalah apa yang bisa dirasakan secara fisik. Hal yang nyata adalah hal yang bisa dicerap oleh indera. Apa itu? Ia adalah momen saat ini. 

Jika hantu-hantu ini datang mengganggu pikiran, cobalah untuk fokus pada apa yang terjadi saat ini, detik ini. Entah itu semilir angin tipis yang mengenai kulit, suara-suara kendaraan yang melintas atau hembusan napas yang membuat paru-paru kembang kempis. 

Fokus pada hal yang benar-benar nyata dapat menenangkan pikiran. Rasa syukur akan merasuk masuk ke aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh. 

Pada kondisi ini, kita akan mampu untuk berpikir dengan jernih dan menemukan solusi yang akurat terhadap masalah yang kita alami. 

Terus menerus berhasil menemukan solusi yang akurat akan meningkatkan kualitas hidup kita secara langsung. Lama-lama, hal ini juga pastinya akan berdampak baik untuk masa depan. 

Daripada menguras energi untuk memikirkan masa depan, saya sampai pada titik di mana yang harus diberikan fokus adalah momen-momen saat ini. Menjalani hidup detik demi detik. 

Eksperimen Terhadap Hidup

Hidup itu hanya sekali. Ya, setidaknya itulah kepercayaan saya. Oleh karena itu, saya merasa perlu adanya evaluasi terhadap hidup. Jika dirasa gak membawa kedamaian dan pencerahan, maka harus ada yang diubah dari cara kita memandang hidup.

Tahun 2022 adalah tahun di mana saya melakukan eksperimen pada hidup. Mengubah cara hidup dari yang biasanya membuat rencana menjadi hidup yang fokus pada momen-momen depan mata. 

Sejauh ini, eksperimen mengubah cara padang dalam hidup memberikan dampak yang luar biasa baik. Kualitas hidup meningkat tajam. Rasa bersyukur seakan gak putus-putus. 

Entah kenapa cara hidup seperti ini justru lebih memberikan ketenangan dan rasa puas. Ya, menjalani hidup seperti ini memang belum lama saya terapkan.

Namun, sepertinya nggak semua orang cocok dengan cara pandang hidup semacam ini. Toh, banyak juga cerita sukses dari orang yang merencanakan hidup dengan matang.

Ya, bagi saya, hidup memang sekedar cocok-cocokan. Itulah yang membuat membaca dan belajar menjadi penting. Agar kita bisa memiliki pengetahuan apa saja sih cara pandang dalam hidup dan bagaimana cara menjalani hidup yang cocok dengan kita. 

Tapi, jangan telan mentah-mentah pelajaran hidup orang lain. Kembali lagi, bisa jadi cara hidup tertentu cocok untuk orang lain tapi gak cocok untuk kita. 

Yang terpenting adalah mengenali diri sendiri dan menggali apa yang sebenarnya cocok untuk kita. Bisa jadi, kita bisa menemukan cara hidup yang belum pernah ditemukan orang lain dan pemikir-pemikir hebat masa lalu. Tapi, saya ragu terhadap orisinalitas itu. 

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.